Sunday 15 March 2009

Kesempatan

Aku diberi berkali-kali kesempatan- menurut ku, aku menyebutnya seperti itu-. Tapi aku selalu menyiakan. Terakhir kali, aku mendapati bahwa mungkin kesempatan itu tidak ada lagi. Sangat disayangkan karena aku menyiakan, tidak menghargai dengan baik. Alih- alih takut kehilangan, takut merusak. Hasil akhirnya tetap juga aku kehilangan. Walaupun begitu aku ga akan pernah menyesalinya. Sekalipun dia tahu, juga tidak menutup kemungkinan lebih parah dari sekarang. Aku pikir lebih baik aku menjalani semua yang ada di depanku. Memperhatikan dengan seksama. Kalau dia bahagia, kenapa aku tidak berbahagia untuknya? Dan aku yakin perasaan ini tidak pernah sia-sia, tidak pernah….tapi, kalau dia tidak bahagia, mengeluh padaku…aku menyebutnya kesempatan terakhir. Aku tidak akan perduli apapun. Sekalipun taruhannya adalah kehilangan dia, toh sekarang pun aku juga sudah kehilangan dia. Dia benar-benar harus tau….tapi itupun kalau aku memiliki kesempatan itu. Aku kadang berpikir ingin pergi sejauh yang aku bisa, melewati jalan yang pernah aku lalui bersamanya sangat menyakitkan.kepalaku rasanya sakit. Seperti melihat bayangnya. Jadi, alangkah baiknya bila tidak ada kesempatan itu, ada suatu tawaran menarik untukku. Minimal meninggalkan kota Jakarta-depok ini.

Tapi, aku ga pernah berhenti berharap untuk bisa bertemu dia kembali di persimpangan jalan dan hanya aku yang ada dimatanya, tanpa siapa pun disisinya…hanya aku..persis seperti dulu. Kalaupun tidak bisa, maka aku berharap Tuhan menghadiahkan aku “keikhlasan hati” yang lebih besar daripada yang aku miliki sekarang. Dan suatu saat nanti, aku berharap –aku yakin dia sangat lapang dada kalau mengetahui hal ini,hanya ketakutan berlebihan saja yang aku derita- ketika waktu yang sangat tepat. Dia bisa membaca tulisan ini. Dan sadar betul. Dialah orang yang ada ditulisan ini. Orang yang selalu ada tiap aku butuhkan. Orang yang darimana aku belajar lebih terbuka, lebih easy going dalam menghadapi apapun. Harusnya tau..karna aku perna menyebutnya seperti itu.dan juga mengerti makna dibalik tulisan ini karena sengaja kubuat tanpa makna…
Dan kalaupun cintaku ini harus bertepuk sebelah tangan, aku berharap dia tidak menghindariku. Tapi memberi penjelasan padaku baik-baik. Aku sangat yakin 100%. Apapun perkataannya aku sangat menurut padanya. Sekalipun didepannya aku terlihat membangkang. Tapi aku berusaha menurutinya. Aku berharap..sangat berharap dia tetap berada disisiku sampai suatu saat aku bisa berdiri sendiri. Dan untuk kebohongan yang aku buat, yang membuat dia marah beberapa kali padaku aku menyesal dan sungguh ga bermaksud demikian. Semua temanku terbiasa dengan kebohonganku mereka tau dengan jelas kebohongan dan kebenaranku. Cuma dia yang sangat percaya atas segala ucapanku. Aku berterima kasih untuk hal itu padanya juga meminta maaf.

No comments: